Kaum remaja saat
ini sangat ketergantungan terhadap media sosial. Istilah remaja memiliki arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi ata
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak-anak. Ketergantungan kaum remaja terhadap media sosial identik
dengan smartphone yang hampir 24jam menghabiskan waktu di dunia online yang
seakan tidak pernah berhenti dan mengurangi waktu belajar dan waktu ngumpul
bersama keluarga. Penggunaan media sosial dikalangan remaja menimbulkan pro dan
kontra karena mengganggu proses belajar remaja.
Kalangan remaja menjadi lebih hiperaktif di media sosial dengan
memposting kegiatan sehari-hari mereka yang seakan-akan menggambarkan gaya
hidup mereke yang mencoba mengikuti perkembangan zaman, sehingga dianggap lebih
populer di lingkungannya. Contohnya seperti media sosial Twitter, para remaja
menampilkan diri dengan mengunggah avatar yang paling bagus dilihat menurutnya,
memposting tweet dan retweet sebanyak-banyaknya dengan tujuan memperlihatkan
eksistensinya di dunia maya. Para remaja ini juga berusaha memperlihatkan citra
positifnya di Twitter, begitu juga dengan Facebook. Hal ini dapat dikatakan
bahwa setiap individu menjadikan media sosial sebagai media presentasi diri. Padahal
apa yang mereka posting tidak selalu menggabarkan keadaan sosial life mereka
yang sebenarnya. Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai
hal dala hidupnya salah satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Disitu
setiap individu mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di
dunia maya dengan dunia nyata. Hal tersebut dalam istilah sosiologi disebut
dengan instilah dramaturgi atau presentsi diri untuk menjelaskan bagaimana
seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung tertentu.
Kalangan
remaja di perkotaan menggunakan internet untuk untuk empat dimensi kepentingan,
yaitu informasi(information utility), aktivitas kesenangan (leisure/fun
activities), komunikasi (communication), dan transaksi(transactions). Meskipun
dari keempat kepentingan penggunaan internet tersebut aktivitas-aktivitas
internet yang dilakukankalangan remaja di perkotaan lebih banyak ditujukan
untuk aktivitas kesenangan (leisure/fun activities) dari pada untuk kepentingan
lainnya, namun aktivitas internet yang paling banyak dilakukan mereka adalah
mencari sumber atau bahan terkait dengan tugas atau pelajaran sekolah.
Aspek
Demografis, Gender,Usia dan
Budaya
Aspek
demografis adalah aspek yang harus mempertimbangkan gender, usia, budaya dan
SES (Sosial –Economic –Status) dalam interaksi individu dan internet.
Situs
jejaring sosial memiliki beragam fitur teknis. Namun pada umumnya. Mereka
memuat dan memperlihatkan profil penggunya dan melihat daftar teman yang juga
merupakan pengguna dalam sistem tersebut. Umumnya profil profil disusun
berdasarkan pernyataan yang mengacu pada usia, gender, lokasi dan “about me”
biasanya pengguna dapat mengetahui gender pengguna lain berdasarkan nama atau
profil yang diunggah pengguna lain. Ini digunakan untuk memperkenalkan dir
kepada dunia maya tentang siapa dan bagaiman tentang dirinya.
Berangkat
dari komunikasi interpesonal dan media, para peneliti telah mengembangkan
tipologi untuk berbagai motif dalam penggunaan internet, yaitu :
1. Kegunaan interpesonal
2. Mengisi luang waktu
3. Pencarian informasi
4. Kemudahan/kenyamanan
5. Hiburan
Banyak sekali
terjadinya fenemona identitas diri melalui internet secara identitas nyata
maupun identitas virtual yang memungkinkan individu mengubah sama sekali
identitas nyatanya ke sebuah identitas lain yang sifatnya virtual dan
karakteristik seseorang indvidu.
Saat ini
banyak sekali jejaring sosial yang bermuculan, seperti Facebook, Twitter, Path,
Instagram dan lain-lain. Banyak orang
yang mengunakan identitas palsu atau bisa disebut anonim untuk
mendaftrakan diri / menjadi penguna aktif dari salah satu jaringan sosial.
Antaralain faktor-faktor yang membuat seseorang mengunakan identitas palsu
adalah untuk menutup jejak didunia maya, dan menjaga repotasi harga diri.
Dimana seseorang ingin meluapkan emosinya didunia maya, tanpa diketahui oleh orang
lain siapa dia sebenarnya.
Usia
responden saat pertama kali mengenal dan menggunakan internet ialah 12 tahun.
Rata-rata saat itu mereka telah memasuki kelas VII SMP, dimana tugas-tugas
sekolah yang diberikan mulai mengharuskan mereka mencari sumber atau
bahan-bahannya di internet sehingga mereka dituntut harus bisa menggunakan
internet. Sebagian besar remaja perkotaan dalam penelitian ini mengungkapkan
bahwa teman sebaya (peer groups) dijadikan sebagai sumber belajar pertama kali
berinternet bagi mereka, baik untuk bisa melakukan aktivitas-aktivitas intenet
tertentu yang lebih bersifat kesenangan (seperti: chatting, bermain game
online, membuat account di salah satu situs social networking atau bahkan
mengunjungi situs-situs pornografi) maupun membantu mereka untuk kepentingan
akademis yakni mencari bahan atau sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar